Museum Masa Depan

Saat di rumah terdapat ruangan bersih, sejuk harum mewangi, dan buku tersusun rapi di rak-rak lemari. Itulah museum perpustakaan ku. Lebih besar dari kamar-kamar lainnya. Berisi koleksi buku, baik yang aku beli atau dari karya sendiri, terpampang, terpajang disana. Terpasang pigura, pesan tulisan karikatur bernilai moral kehidupan.
- -Terlintas angan-angan.- -

bukan properti aku

Dari kecil memang hobi dengan baca tulis, meskipun saat kecil suka berhitung pula. Menikmati nuansa dari membaca, mengemas ilmu.

** Flashback
Aku rindu duduk sambil membaca buku di perpustakaan kampus, semasa masih kuliah semester pertama. Jadwal kuliah yang mengharuskan aku mengisi waktu kosong di perpustakaan. Terkadang tak jarang numpang di kost teman. Sebab dulu, aku harus pulang-pergi dari Klaten-Jogja naik sepeda motor. Tak mungkin aku pulang ke rumah kan.

Di perpustakaan kampus ada berbagai judul buku, tapi kalau buku komik tak ada waktu itu. Sudah hampir 3 tahun berlalu, aku tidak berada dan berlabuh disana lagi. Terakhir disana Agustus 2010.

Surprise dari Si Buah Hati

Beranjak pergi menuju tempat USG (Ultrasonography) kandungan. Sudah dua kali aku ke sana bersama istri. Saat itu, dan itu. Dua kali hasil yang diperoleh kami, sama.


bukan properti aku

Misi kami bertiga ke sana ingin tahu perkembangan si buah hati. Pertama, berkenalan dengan genre kelamin si buah hati. Kedua, mengetahui keadaan posisinya. Ketiga, bertanya langsung pada ahlinya.

Tapi kami belum diberi kesempatan berkenalan sama si buah hati, sebab dari hasil USG belum ketahuan laki-laki ataukah perempuan di dalam kandungan sang istri.

Bagi kami, terpenting posisi -“dedek”- sudah posisi keadaan normal. Ada cuplikan sedikit antara kami dan ibu dokter yang meng-USG. Berikut penjelasannya:

Chewing Gum

bukan properti aku
*** mengenang masa itu
Kira-kira saat masih usia lima tahun aku dikenalkan permen karet oleh Alm. Kakak –pertama-- Ku. Dia menawarkan padaku dan mengajariku bermain menggelembungkan permen karet biar menjadi sebuah balon mungil. “Jangan ditelan ya”, katanya. *memperingatkanku

Pertama kali coba, aku berhasil memuntahkan permen karet keluar dari mulut ku. Haha…
Sejak itu, aku tak putus arang dan ngak nangis, aku belajar sendiri. Alhasil kini aku bisa, meskipun asal-asal saja versi aku sendiri dalam mengunyah, tidak sesuai dengan standar Kesehatan Internasional. *memang ada peraturan semacam itu?

Saya Tidak Melempar Koin

Lempar koin mu? Kamu pilih gambar apa? 
“Aku suka Komodo.”
“Aku Garuda saja.”
cetus beberapa pelaku


Dimainkanlah koin itu. Diputar atau dilempar ke atas dengan berbagai variasi sesuai keahlian. Sehingga koin berputar. Dan kita menebak dan menunggu apa yang akan terjadi selama beberapa detik saat koin jatuh dan berhenti.

Tentu saya masih ingat! Saat masih di taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, apalagi bagi mahasiswa sampai dosen. Sering saya lihat mereka bermain tebak lempar koin bersama temannya. Buat iseng mengisi waktu canda. Tidak aku pungkiri lagi permainan tradisional semacam itu masih menjadi trend sampai saat ini, bahkan tanpa melihat status bagi pelakunya.

Bahkan ada teman bermodal,...

Need You by My Side

Tak sengaja membaca status itu.. *geli sendiri, aku mendengarnya..
Kurang lebih seperti itu..
Entah apa yang ada dibenaknya? Aku pun tak tahu, hihi..
Mungkin dia baru dilanda banjir. Mungkin saja, Hiiaaa…


 Andai saja pesan itu terjatuh di kepala ku
Mungkin aku akan mendadak pingsang
Terkapar saat membaca pesannya 
*kasihan bener, ngaaakk, hiks hiks..

Akan kah pesan itu....
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...